• Jelajahi

    Copyright © Berita Nasional & Internasional
    Best Viral Premium Blogger Templates

    iklan

    Sponsor

    Peneliti Menemukan Kelemahan Vaksin COVID-19 yang Dikembangkan China dan Rusia

    Mikael Milang
    Senin, 31 Agustus 2020, Agustus 31, 2020 WIB Last Updated 2022-12-19T01:34:27Z
    Ilustrasi Vaksin
    Koranelektronik.com - Hal yang mencuat setelah penelitian melihat kandidat vaksin COVID-19 yang telah dikembangkan negara tersebut didasari oleh virus flu sehingga berpotensi membatasi keefektifannya. Beberapa ilmuwan menyebut Vaksin Corona yang dikembangkan oleh China dan Rusia memiliki potensi kelemahan.

    Kedua vaksin ini ialah vaksin Cansino Biologics yang dikembangkan China dan vaksin Sputnik V yang dibuat oleh Institut Gamaleya Moskow, Rusia. Alasannya ialah kedua vaksin tersebut dikembangkan dari modifikasi dari adenovirus tipe 5 atau Ad5.

    "Ad5 mengkhawatirkan saya hanya karena banyak orang memiliki kekebalan. Saya tidak yakin apa strategi mereka, mungkin (vaksin) tidak akan memiliki kemanjuran 70%. Kemungkinan hanya 40%, dan itu lebih baik daripada tidak sama sekali, sampai yang lain muncul,"ucap Anna Durbin, seorang peneliti vaksin di Universitas John Hopkins, Selasa (01/09/2020).

    Beberapa peneliti telah bereksperimen dengan vaksin berbasis Ad5 untuk melawan berbagai infeksi selama dekade, tetapi tidak ada yang digunakan secara luas. Metode pengembangan ini menggunakan virus yang dilemahkan sebagai (vektor) untuk membawa gen dari virus target untuk mendorong respons kekebalan sehingga dapat melawan virus yang sebenarnya.

    Menurut para ahli banyak orang yang mempunyai antibodi Ad5 yang dapat menyebabkan sistem kekebalan menyerang vektor alih-alih merespons virus Covid-19, sehingga membuat vaksin ini kurang efektif.

    Adapun beberapa peneliti mengembangkan vaksin COVID-19 dengan metode lain. Seperti yang dikembangkan oleh Universitas Oxford yang berbasis adenovirus Ad26, jenis yang relatif langka

    "Kandidat vaksin Oxford sepertinya memilik keuntungan yang lebih baik dibandingkan vaksin CanSino," tutur Dr Zhou Xing dari Universitas McMaster Kanada.
    Komentar

    Tampilkan

    Berita Mahulu

    Pemerintah

    +