Amien Rais dan jajaran Partai Ummat saat di KPU, Agustus 2022 lalu Foto: Karin Nur Secha/detikcom |
Rasa kecewa dan marah masih terlihat jelas pada raut wajah para petinggi dan kader Partai Ummat di kantor DPP partai tersebut di Tebet, Jakarta Selatan. Hari itu, Kamis, 15 Desember 2022, persis satu hari setelah Komisi Pemilihan Umum mengumumkan bahwa partai tersebut tak lolos sebagai peserta Pemilu 2024.
Hadir
di kantor DPP Partai Ummat hari itu antara lain Ketua Majelis Syuro Partai
Ummat Amien Rais, Ketua Umum Ridho Rahmadi, dan Wakil Ketua Umum Nazaruddin.
Mereka bertiga tengah sibuk membicarakan langkah selanjutnya menyusul terbitnya
keputusan KPU itu.
Kendati
tak lolos pemilu, bukan berarti Partai Ummat telah tamat. Amien mengatakan
pihaknya tengah ancang-ancang menyusun gugatan terhadap KPU. Selain itu, Partai
Ummat tetap bergerilya untuk menyambut Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden
2024.
Pertanyaannya
kemudian, seperti apa arah koalisi Partai Ummat dan siapa capres yang bakal
didukung? Wakil Ketua Umum DPP Partai Ummat Buni Yani bilang partainya saat ini
memiliki kedekatan dengan Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera.
Kedekatan itu dipicu oleh banyaknya pegiat Partai Ummat yang memiliki kedekatan
personal dengan pengurus dua partai tersebut. Hubungan personal itu memicu
adanya obrolan yang lebih serius terkait kepartaian.
Menurutnya,
sejak awal partainya memiliki chemistry kuat dengan PKS dan
Demokrat. Dia juga menyebut ada semacam kecocokan di antara dua ketua umum
partai, yaitu Ridho Rahmadi dan Agus Harimurti Yudhoyono (Ketua Umum Demokrat).
Bahkan, menurut Buni Yani, pihaknya sempat menjadwalkan pertemuan untuk Ridho
dan AHY.
“Dari
segi usia, mereka ini cocok, cepet nyambung-nya kalau ketemu. Mas
AHY ini kan kuliah di luar negeri, Mas Ridho juga, jadi cocok ngobrol-nya.
Tidak ada batasan untuk berhubungan dan ngobrol,” ucapnya.
Walaupun
ada sinyal merapat ke Demokrat dan PKS, Partai Ummat mengaku masih terbuka
untuk menjalin komunikasi dengan partai dan tokoh-tokoh lain. Buni Yani tidak
menampik bahwa sejumlah kader partai saat ini cenderung mendukung tokoh
tertentu untuk menjadi capres. Salah satu tokoh tersebut adalah Anies Baswedan.
Menurutnya,
ada usulan dari kader-kader di beberapa daerah agar Partai Ummat segera
menjalin komunikasi dengan Anies. “Biasa, bagian dari aspirasi politik. Tidak
kami perintah ataupun kami larang,” ujarnya kepada detikX.
Namun,
ia menjelaskan, terkait calon presiden dan koalisi, nantinya akan ditentukan
oleh majlis syuro partai. Saat ini Majelis Syuro Partai Ummat dikomandani oleh
Amien Rais.
Menurut
Buni Yani, partainya memiliki kriteria tertentu untuk capres 2024. Capres yang
akan didukung Partai Ummat disebut harus memperjuangkan kepentingan Islam dan
orang-orang Islam. Selain itu, capres tersebut diharapkan cepat bereaksi dan
membela agama bila ada penistaan terhadap Islam.
“Dia
juga harus bisa kerja. Kriteria khususnya, ya, membela Islam. Kalau kata Nabi,
kan, pemimpin, ya, yang paling banyak dan bagus hafalan Al-Qur’annya,”
jelasnya.
Saat
ditanya siapa yang paling bagus hafalan Al-Qur’annya antara AHY dan Anies, Buni
Yani enggan menjawab. Ia hanya mengatakan akan segera mencari tahu hal
tersebut. “Ya nantilah kita cari tahu (sambil tertawa),” ucapnya.
Sementara
itu, Ridho mengatakan masih terus menjalin komunikasi dengan beberapa partai
lain. Ia menyebut ada komunikasi intens dengan partai-partai yang memiliki
kesamaan prinsip tapi tidak lolos pendaftaran pemilu.
“Ada
juga yang komunikasi sifatnya mengarah bagaimana ada wacana untuk bergabung.
Masih tahap awal,” ujarnya.
Selain
itu, menurut Ridho, partainya juga menjalin hubungan kuat dengan Partai Bulan
Bintang (PBB). Bahkan ia menyebut ada wacana untuk mempertemukan Partai Ummat
dengan beberapa partai sekaligus. Partai lain yang dimaksud Ridho adalah
Masyumi dan Pelita.
Namun,
meski ada komunikasi politik, Partai Ummat saat ini masih berfokus untuk
berusaha lolos verifikasi dan resmi menjadi peserta pemilu. Manuver politik
yang lebih serius, menurut Ridho, akan dilakukan setelah partainya resmi
terdaftar.
“Kami
terus optimistis, tapi tidak menyiapkan pelabuhan yang terlalu jauh, yang
dekat-dekat saja kita siapkan,” tegasnya.
Waketum
Partai Ummat Nazaruddin mengatakan pihaknya juga sengaja menjalin komunikasi
dengan beberapa partai baru. Ia menyebut hal itu dilakukan agar para partai
baru tidak didiskriminasi oleh penyelenggara pemilu.
“Polanya
kan penyelenggara pemilu mengamankan partai-partai parlemen, karena dia mitra
kerjanya di pemerintahan. Cuma kan faktanya sekarang ada partai baru yang di-endorse untuk
menyaingi partai lama,” ujarnya.
Di
sisi lain, terkait massa pendukung, Nazaruddin percaya diri mengatakan
partainya kuat dan memiliki daya tawar di DKI Jakarta dan Jawa Barat. “Ya
banyaklah. Kalau sesuai data Sipol, kader kami sekitar 400 ribu,” ucapnya.
Sementara
itu, analis komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio,
melihat Partai Ummat memiliki peluang besar untuk lolos menjadi peserta pemilu.
Hal itu karena, pada 2019, ada partai, yakin PBB, yang tidak lolos verifikasi
tapi akhirnya bisa lolos. Dengan itu, Partai Ummat dianggap cukup memiliki daya
tawar untuk menjalin komunikasi politik dengan partai lain.
Menurut
Hendri, jika lolos, Partai Ummat akan berebut massa potensial dengan Partai
Amanat Nasional. Di sana, dua partai itu diprediksi akan memperebutkan suara
kalangan Muhammadiyah dan Islam. Di sisi lain, Partai Ummat tidak akan
bergabung dengan Koalisi Indonesia Bersatu maupun koalisi yang nantinya
digawangi oleh PDI Perjuangan.
Koalisi
yang mungkin diikuti oleh Partai Ummat adalah koalisi Gerindra dan koalisi yang
nantinya mengusung Anies menjadi capres. “Kedekatan Prabowo dengan Amien Rais
akan cukup berpengaruh di sana,” jelasnya.
Adapun
terkait capres, Hendri menilai Prabowo Subianto dan Anies menjadi yang paling
cocok dengan profil dan massa pendukung Partai Ummat. AHY juga dianggap
memiliki profil yang sesuai, tapi kurang bisa diterima sebagai calon presiden.
Namun,
menurut Hendri, agar dapat memperoleh suara lebih banyak, Partai Ummat harus
mencoba berpikir di luar semua prediksi. Misalnya dengan berani mendukung
Ganjar Pranowo sebagai capres.
Direktur
Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno berpendapat, jika lolos
peserta pemilu, Partai Ummat akan menjadi rumah bagi kelompok-kelompok Islam
yang selama ini berseberangan dengan pemerintah. Terutama bagi mereka yang
mendambakan pergantian rezim.
“Mereka
ini juga pasti menyasar kelompok pemilih Muhammadiyah yang selama ini
terafiliasi dengan PAN. Apa pun judulnya, Amien Rais ini mantan Ketum
Muhammadiyah,” ucapnya.
Terkait
pencapresan, ia melanjutkan, Partai Ummat memiliki selera politik ke
tokoh-tokoh seperti Anies Baswedan. Anies dinilai sebagai figur yang dekat dengan
kelompok Islam, oposan, dan antitesis terhadap pemerintah. Karena itu, ia
menyebut tidak heran jika ada pengurus Partai Ummat, yang sangat terlihat
mendukung Anies untuk bisa jadi capres, melawan capres dari koalisi pemerintah.
“Namun
saya agak ragu kalau partai ini akan mampu lolos jadi peserta pemilu. Karena
biasanya partai yang tidak lolos verifikasi faktual, walaupun menggugat, itu
akan sulit, sering kali gagal. KPU punya bukti-bukti mereka tidak memenuhi
syarat,” ujar Hendri.
Menurut
survei Litbang Kompas pada Juni 2022, partai Ummat menjadi salah satu partai
baru yang paling dikenal responden, bersama Gelora dan Masyumi. Dari survei
tersebut, tingkat pengenalan Partai Ummat berada di angka 3,3 persen. Adapun
partai baru dengan perolehan tingkat pengenalan tertinggi adalah partai Gelora,
dengan 7,8 persen.
Perolehan
tersebut merupakan perolehan yang cukup tinggi sejak Oktober 2021, yang saat
itu berada di kisaran angka 2,2 persen. Namun perolehan tersebut dapat
dikatakan menurun. Hal itu karena pada Januari 2022, Partai Ummat memperoleh
tingkat pengenalan sebesar 5,6 persen.
Sementara
itu, survei Charta Politika Indonesia menunjukkan Partai Ummat hanya memiliki
elektabilitas 0,1 persen di daerah yang diklaim sebagai basis massanya, yakni
Jawa Barat. Survei tersebut khusus dilakukan di Jawa Barat pada September 2022.