Buang air besar sambil memainkan ponsel bisa berdampak buruk. (Foto: iStock) |
Koranelektronik.com, Jakarta - Sebuah survei menunjukan 90 persen Gen Z dan 90 persen millenial tak dapat buang air besar (BAB) tanpa membawa serta ponsel mereka. Hati-hati, kebiasaan buruk ini dapat berdampak pada usus.
Tanpa disadari, keasyikan bermain ponsel di toilet membuat seseorang membutuhkan waktu lebih lama dari yang seharusnya. Setidaknya, jadi tak cepat bosan sehingga tak segera menyudahi BAB.
Memang sih, tak ada patokan berapa lama maksimal seseorang boleh duduk di toilet ketika BAB. Selama tak ada yang mengantre, tak ada larang untuk berlama-lama.
Namun, ada sebaiknya membatasi diri karena bagaimanapun terlalu banyak duduk tak baik untuk kesehatan. Terlebih, duduk di toilet tanpa ada penyanggah di bagian tertentu.
Berikut ini 3 risiko yang dapat muncul yang dikutip dari Livestrong :
1. Wasir
Pada dasarnya semua orang punya risiko wasir atau ambeien, yang terjadi karena pelebaran pembuluh darah di sekitar dubur. Risikonya meningkat saat seseorang terlalu banyak duduk, apalagi duduk di toilet.
"Saat Anda duduk di toilet, Anda memberikan tekanan langsung dan berfokus pada area dubur, terlebih saat Anda mengenjan," ujar Ugo Iroku, seorang ahli pencernaan di New York.
2. Sembelit
Tanpa disadari, berlama-lama duduk di toilet akan memberikan pesan pada tubuh untuk tak buru-buru. Pesan ini diterima juga oleh sistem pencernaan yang membuat pergerakan usus akhirnya melambat. Dampaknya merupakan konstipasi atau sembelit.
"Mirip seperti kebiasaan nonton Tv di empat tidur yang bikin lebih susah tidur," kata Iroku.
3. Pendarahan
Terkait risiko wasir, terlalu duduk di toilet dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah. Jika tiba-tiba mendapati BAB disertai darah, itu artinya terjadi kerusakan di dinding anus yang melukai pembuluh darah. Kondisi ini disebut fissure.
"Fissure akan menyebabkan sphincter (otot di dubur) menutup. Ini bisa memicu kesulitan untuk BAB karena Anda akan berusaha melawan pintu yang tertutup," ungkap Kyle Staller, seorang ahli gastroneurologi.